Senin, 03 Maret 2008

Menuju Kawasan Wisata PETA Blitar

Monumen PETA Blitar Sebelum Direvitalisasi


Monumen PETA Blitar Baru

Revitalisasi Kawasan Wisata PETA Blitar tengah dilakukan Pemerintah Kota Blitar. Melalui apa revitalisasi tersebut dilakukan?
Revitalisasi Kawasan Wisata PETA yang dicanangkan dan dilakukan Pemkot Blitar bukan sekadar isapan jempol. Secara bertahap, proses realisasi revitalisasi kawasan tersebut telah dimulai sejak tahun 2007.
Hal ini dilandasi pemikiran bahwa keberadaan Monumen PETA sebagai salah satu ikon Kota Blitar semakin lama cenderung semakin memudar, seiring dengan meningkatnya pembangunan kota untuk memenuhi kebutuhan sarana-prasarana bagi kehidupan masyarakat.
Kawasan monumen yang difungsikan sebagai kompleks pendidikan, dalam perkembangannya lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan yang menempati kawasan tersebut, yang cenderung semakin melemahkan fungsi monumen sebagai tetenger peristiwa bersejarah yang memiliki nilai dalam skala nasional.
Lemahnya apresiasi masyarakat terhadap benda-benda peninggalan sejarah (cagar budaya), semakin mengurangi peran Monumen PETA terhadap tata ruang kawasan maupun perkembangan kehidupan masyarakat Blitar saat ini. Padahal, bangunan sebagai salah satu aset budaya merupakan saksi mati sejarah suatu masa yang mencerminkan identitas daerah atau dinamika kehidupan masyarakat pada masa atau periode tertentu.
Benda cagar budaya dan kawasan bersejarah, tambahnya, memunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, benda cagar budaya adalah benda peninggalan masa lalu yang dapat menjadi sumber kebanggaan bangsa.
Pelestarian benda cagar budaya dan kawasan bersejarah merupakan ikhtiar untuk memupuk kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila. Pelestarian bangunan bersejarah di samping menyelamatkan kelestarian objek, juga diharapkan dapat meningkatkan mutu lingkungan kawasan sekitarnya: meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta dapat menjadi wahana bagi perkembangan pariwisata.
Pembangunan secara fisik, di samping untuk memenuhi kebutuhan akan sarana-prasarana, sekaligus merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan ruang kehidupan yang lebih baik.
Untuk itu, dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan adanya pertimbangan pada aspek-aspek manusia, lingkungan alam serta dilandasi oleh faktor-faktor budaya, baik itu aspek historis maupun aspek arsitektur, atau dengan kata lain, diperlukan juga perhatian dan penghormatan terhadap peninggalan masa lalu, penghormatan warisan budaya.
Seperti yang terjadi pada kawasan Monumen PETA, dengan dibangunnya bangunan-bangunan baru sesuai perkembangan fungsi yang ada, semakin lama akan mengaburkan keberadaan bangunan kuno bersejarah yang ada di kawasan tersebut.
Untuk mengantisipasi semakin merosotnya nilai kawasan yang memiliki nilai sejarah tersebut, dipandang perlu untuk melaksanakan tindakan revitalisasi kawasan sekaligus pelestarian dan perlindungan kawasan bersejarah dan kawasan strategis di Kota Blitar.
Pasalnya, Kawasan Monumen PETA adalah salah satu di antara sekian banyak kompleks bangunan lama di Indonesia yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia di dalam membebaskan Tanah Air dan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah Jepang. Di dalam kompleks Monumen PETA dapat disaksikan bangunan-bangunan yang pada saat pemberontakan PETA merupakan bangunan-bangunan penting, seperti bangunan asrama tentara PETA, bangunan rumah sakit untuk tentara PETA, yang sampai sekarang masih berdiri kokoh tanpa adanya perubahan-perubahan.
Berdasarkan sejarahnya, pada masa pendudukan Belanda di Blitar, bangunan-bangunan pada kompleks Monumen PETA digunakan sebagai bangunan sekolah bagi orang-orang Belanda, sedangkan bangunan-bangunan pada sisi timur kompleks monumen merupakan bangunan rumah bagi para guru yang mengajar di sekolah pada masa itu.
Pada awal tahun 1940-an, bangunan-bangunan pada kompleks PETA ini berubah peruntukannya menjadi markas PETA, yaitu sebagai asrma bagi para pejuang PETA, termasuk di dalamnya terdapat sebuah bangunan yang digunakan sebagai rumah sakit yang khusus bagi asrama tersebut.
Sesuai perkembangannya, sekarang ini bangunan-bangunan pada kompleks Monumen PETA digunakan sebagai fasilitas pendidikan, yaitu digunakan sebagai bangunan sekolah yang terbagi menjadi beberapa unit sekolah: SMKN III, SMPN III, SMPN V, dan SMPN VI, sehingga hampir semua ruang yang ada pada bangunan kompleks Monumen PETA diubah peruntukannya menjadi ruang-ruang kelas, laboratorium, kantor dan ruang guru, serta lain-lain.
Sementara itu, secara fisik, bangunan-bangunan Monumen PETA yang dibangun kira-kira pada tahun 1911 merupakan bangunan dengan corak bangunan pada saat itu, seperti kota-kota besar lain, yang dirancang Ir. Herman Thomas Karsten memiliki langgam arsitektur kolonial Belanda dengan estetika arsitektur yang tinggi.
Namun, sesuai dengan perkembangan peruntukannya, menjadikan bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks Monumen PETA mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhannya: kebutuhan fasilitas pendidikan.
Selain terbagi-bagi sesuai jumlah unit sekolah, juga muncul bangunan-bangunan baru yang menjadikan bangunan-bangunan di kawasan ini tidak lagi hanya bangunan lama dengan langgam arsitektur kolonial, tetapi hadir pula bangunan-bangunan langgam arsitektur modern yang lebih berorientasi pada fungsi bangunan semata.

Konsep dan Usulan Pengembangan Kawasan Monumen PETA
Dalam skala kota, Monumen PETA berada pada lokasi yang berdekatan dengan objek wisata lain di Kota Blitar, seperti Makam Bung Karno, Kebun Rakyat (Kebon Rojo), dan sebagainya. Sehingga, pengembangan kawasan dilakukan dengan memerhatikan potensi linkage terhadap objek wisata lain tersebut, sedangkan dalam skala kecil: skala lingkungan, Monumen PETA berseberangan dengan TMP dan Monumen Potlot pada bagian belakang TMP yang juga merupakan saksi sejarah perjuangan. Pengembangan wisata di kawasan PETA ini dapat dilakukan dengan meningkatkan karakter dan potensi objek, baik dari sisi kesejarahan maupun dari sisi lokasi.
Dengan demikian, potensi semangat perjuangan PETA menjadi dasar utama mengembangkan kawasan tersebut. Semangat perjuangan masa lalu yang berskala nasional dapat diwujudkan dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk memberikan informasi perjuangan pemuda masa penjajahan, maupun semangat perjuangan pemuda masa kini dengan menampung atau mewadahi kegiatan pemuda yang dinamis, kreatif, serta kompetitif di Kota Blitar.
Keberadaan objek patung Soeprijadi di lokasi dijadikan pusat orientasi tata ruang kawasan tersebut dan dapat dilengkapi dengan konfigurasi kegiatan perjuangan PETA lainnya sebagai pendukung.
Pengembangan kawasan wisata Monumen PETA sendiri tidak lepas dari usaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya masa lampau yang telah lewat kegunaannya, namun memiliki arti penting bagi generasi selanjutnya.
Sehingga, di dalam menentukan arah pengembangan suatu kawasan yang dilestarikan, perlu adanya motivasi-motivasi terkait dengan tujuan dan sasaran pelestarian itu sendiri, antara lain: motivasi untuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah; motivasi untuk menjamin terwujudnya variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat; motivasi ekonomis, yang menganggap bangunan-bangunan yang dilestarikan tersebut dapat meningkatkan nilainya jika dipelihara, sehingga memiliki nilai komersial yang digunakan sebagai modal lingkungan; serta motivasi simbol, bangunan-bangunan merupakan manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari kota.
Antara motivasi satu dengan yang lain, tidak dapat dilihat secara terpisah, melainkan saling terkait dan saling memperkuat antara satu dengan yang lain, untuk selanjutnya dikembangkan lebih mendetail.
Kemudian objek konservasi diklasifikasikan dalam kelompok sesuai dengan kedudukan, peran dan arti objek dalam lingkungannya sebagai pertimbangan terhadap prioritas pengembangan kawasan pelestarian.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka alternatif pengembangan kawasan wisata Monumen PETA, dapat diuraikan sebagai berikut: terkait dengan warisan sejarah perjuangan tentara PETA, dihadirkan fasilitas untuk mengumpulkan dan menyimpan warisan sejarah dalam bentuk Museum PETA, diorama perjuangan PETA, perpustakaan sejarah perjuangan, dan laboratorium perjuangan.
Terkait dengan simbol, di mana bangunan-bangunan merupakan manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu, dalam hal ini terkait dengan perjuangan pemuda yang terlibat dalam pemberontakan tentara PETA, dihadirkan fasilitas-fasilitas yang terkait dengan kegiatan kepemudaan, sehingga kawasan wisata Monumen PETA secara konsepsional akan menjadi sebuah 'Pusat Kegiatan Pemuda' Kota Blitar.
Terkait dengan faktor ekonomis, bahwa bangunan-bangunan yang dilestarikan tersebut dapat meningkatkan nilainya jika dipelihara, sehingga memiliki nilai komersial, maka menjadikan kompleks Monumen PETA menjadi kawasan wisata sejarah, dan menyediakan fasilitas penginapan dalam bentuk guest house atau Wisma Pemuda bagi para pengunjung luar kota yang melakukan kegiatan di Blitar, terutama terkait dengan kegiatan kepemudaan.
Serta terkait dengan terwujudnya variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat, akan memelihara dan mengembangkan estetika arsitektur yang ada, yaitu ragam arsitektur kolonial Belanda sebagai konsep dasar perencanaan dan perancangan pengembangan kawasan.
Sehingga, nantinya di dalam pengembangan kawasan Monumen PETA, akan ditemui fasilitas kegiatan yang terkait dengan wisata sejarah; Pusat Kegiatan Pemuda Kota Blitar, dengan fasilitas penunjang kegiatan kepemudaan seperti keorganisasian, olah raga dan kesenian di ruang terbuka dan tertutup; serta fasilitas yang terkait dengan fasilitas penginapan.
Dalam penyelesaian terhadap pelbagai fasilitas kegiatan yang direncanakan, dan dalam usaha pelayanan terhadap pengunjung maupun pengelola kawasan, eksisting fisik kawasan dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang nantinya merupakan pengelompokan dari fasilitas-fasilitas yang direncanakan.
Fungsi zoning untuk lebih memudahkan dalam menjabarkan secara kelompok atas fasilitas kegiatan yang sejenis. Zoning tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: zona entrance atau ruang penerima; zona wisata sejarah; zona kegiatan kepemudaan; zona hunian dan fasilitas penginapan. Zoning tersebut selain digunakan sebagai landasan dalam pengembangan fasilitas dan kegiatan, juga sebagai pengarah dan penentu bagi siapa saja yang bisa mengakses ke dalamnya.


Desain Pembangunan Enam Patung Pahlawan PETA Blitar

Dimulai dengan Pembangunan Enam Patung Pahlawan PETA
Sebagai langkah awal dari revitalisasi kawasan tersebut, dimulailah dengan pembangunan enam patung pahlawan PETA, yang mengapit Monumen PETA -yang merupakan representasi dari Shodanco Soeprijadi, pemimpin Pemberontakan PETA Blitar.
Keenam pahlawan PETA yang "dipatungkan" tersebut adalah Chudanco dr. Ismangil; Shodanco Soeparjono; Shodanco Moeradi; Budanco Soedarmo; Budanco Halir Mangkoedidjaja; dan Budanco Soenanto.
Sebagai informasi, peletakan batu pertama pembangunan keenam patung pahlawan PETA itu dilakukan oleh Wali Kota Blitar, Drs. H. Djarot Saiful Hidayat, MS, beserta para Muspida Kota Blitar, pada tanggal 16 Agustus 2007.
Pembangunan keenam patung tersebut juga menelan dana sebesar lebih-kurang Rp 135 yang berasal dari APBD Kota Blitar tahun anggaran 2007 dengan pelaksana pematung Bondan Widodo dan kawan-kawan.
Pembangunan keenam patung pahlawan PETA ini merupakan realisasi pemikiran bahwa Pemerintah Kota Blitar berusaha konsisten menempatkan latar belakang sejarah dan sosio-kultural masyarakat sebagai sumber inspirasi pembangunan kota.
Ini adalah langkah awal dari realisasi revitalisasi Kawasan Wisata PETA Blitar. Selanjutnya, realisasi revitalisasi tersebut akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan rencana yang telah dipaparkan di atas.
Sebagai tambahan, keenam patung pahlawan yang melengkapi Monumen PETA itu akhirnya diresmikan oleh Wali Kota Blitar, Drs. H. Djarot Saiful Hidayat, MS, bersamaan dengan pelaksanaan peringatan Pemberontakan PETA Blitar ke-63 di Kawasan Wisata PETA Blitar, 13 Februari 2008 lalu.
Jika demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tekad masyarakat dan Pemerintah Kota Blitar untuk merealisasikan revitalisasi Kawasan Wisata PETA Blitar semakin mendekati kenyataan. Dan, bersiap-siap sajalah untuk menerima satu lagi objek pariwisata baru di Kota Blitar. Namanya: Kawasan Wisata PETA Blitar. (tim)


Bondan Widodo

Bondan Widodo, Pimpinan Pematung 6 Patung Pahlawan PETA Balas Rindu Dendam
"Jujur saja, kami merasa mendapat kebanggaan untuk melaksanakan pembangunan keenam patung pahlawan PETA itu. Namun, jika meningat sejarahnya, kami menganggap apa yang kami kerjakan ini adalah kegiatan balas rindu dendam.
Mengapa demikian? Sebab, sebenarnya sudah sejak lebih-kurang 10 tahun lalu, kami, para seniman patung Blitar, memiliki impian untuk memperbaiki keindahan kawasan Monumen PETA. Dipimpin Almarhum Aris Mukadar, kami ketika itu menyampaikan apa yang menjadi impian kami itu kepada pihak-pihak yang berwenang.
Setelah mengalami proses panjang, dan tanpa disaksikan Aris Mukadar, kami akhirnya mendapat kepercayaan untuk merealisasikan mimpi kami bersama itu. Secara tulus dan telaten, tidak mengenal waktu, kami kerjakan keenam patung pahlawan PETA itu dengan sungguh-sungguh.
Hasilnya, dalam jangka waktu lima bulan, sejak pelaksanaan perancangan keenam patung tersebut, pada tanggal 17 Oktober 2007, tugas berat kami itu dapat terselesaikan. Hal ini merupakan satu kebanggaan tersendiri bagi.
Mengingat, hal ini dapat menunjukkan bahwa orang Blitar mampu berkarya. Sebab, monumen, dalam pandangan kami adalah lambang budaya daerah. Maka, yang kami sajikan di dalam pembangunan keenam patung pahlawan PETA itu adalah representasi masyarakat Blitar yang pekerja keras dan gigih di dalam mewujudkan perjuangannya.
Sekali lagi, sungguh ini merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan besar bagi kami. Dan, jujur, bagi kami, ini merupakan suatu pewujudan reputasi kami dibandingkan dengan nilai nominal yang kami terima." (tim)

*Tulisan ini dimuat pada Bulletin Cakrawala edisi Februari 2008

1 komentar:

Unknown mengatakan...

thanks mas nih lagi cari data tentang monumen potlot.kalau mas punya yang lain minta/kirim email saya fe_rhy_volume100@yahoo.co.id

makasih mas..klo bisa secepatnya ya mas...buat lomba kti sejarah